Taiji adalah Kebahagiaan dan Kesehatan

Oleh: J Anto

6916922.jpgMENJADI tuan rumah sekaligus menjamu Jet Li selama 3 hari, 13-15 November 2015, apa saja yang  diobrolkan Master Supandi Kusuma dengan super star kungfu asal Tiongkok yang kini mukim di Singapura itu?

‘Kami lebih banyak berbincang soal taiji yang berguna untuk menjaga keseimbangan hidup manu­sia. Jet Li lebih banyak bicara filosofi taiji,”tutur Supandi Kusuma yang pernah belajar taiji aliran Chen dari master tersohor Chen Xiao Wang  dan Feng Zhiquan, murid andalan Chen Fake yang legendaris itu.
Menurut Jet Li  manusia   moderen Abad 21 sekarang ini ditandai perkembangan teknologi  yang  serba  pesat dan cepat.  Sekarang era pesa­wat terbang  serba cepat, kereta api harus cepat, mobil harus cepat, kamera harus cepat, handphone  juga harus cepat. Pokoknya  semua harus serba cepat.

Berikut adalah beberapa pokok pikiran Jet Li yang penting tentang taiji atau wushu yang dikonstruksi dari perbincangan dengan Master supandi Kusuma, dan dari hasil wawancara eksklusif Solita Yuki dari A Radio  dengan Jet Li pada tanggal 15 November.

Menjaga Keseimbangan
Dalam situasi serba cepat ini, manusia menurut Jet Li  kehilangan keseimbangan diri. Taiji, Kungfu atau Wushu adalah olahraga yang bisa mengembalikan keseimbangan tersebut. Orang yang memprak­tekkan Taiji dapat mencapai keseim­bangan secara lahir dan batin. Saat keseimbangan tersebut tercapai maka orang bisa menjadi bahagia dan panjang umur.

“Jet Li lebih melihat bahwa taiji atau wushu memberi pengaruh yang positif  dan memberi manfaat agar orang menjadi sehat dan bahagia secara lahir batin,”tutur Supandi Kusuma yang juga pernah belajar taiji aliran Yang dari Master Yang Zhen Duo, Ketua Generasi Keempat Tai Ji Quan aliran Yang.

Dalam taiji menurut Master Supandi kusuma dikenal istilah xie ling ting chi, yaitu tingkat keseim­bangan yang tercapai antara pikiran dan tubuh. Keseimbangan dalam taiji menurutnya  berawal dari perintah yang ada dalam pikiran orang yang berlatih taiji.

Pikiran ibarat komandan yang memberi perintah, sedangkan tubuh adalah pelaksana. Ketika pikiran terus-menerus dilatih  dan mampu berkonsentrasi atau mengosongkan diri, maka akan tercapai keseimba­ngan yang  ditandai dengan menga­lir­nya chi (energi) yang bergerak perlahan keseluruh tubuh sesuai perintah otak.

Saat chi mengalir, maka tubuh menjadi rileks, gerakan tubuh menjadi ringan dan gesit, dan kuda-kuda  menjadi makin kokoh.

Satu mangkuk berisi air  penuh ditaruh di atas kepala pun tidak akan membuat air dalam mangkuk tum­pah, atau membuat mangkuk itu bergeser hingga terjatuh. Saat kondisi tubuh rileks, karena telah tercapai keseimbangan, maka tangan pun mulai melakukan gerakan-gerakan secara beraturan bak orang tengah menari. Dari luar terlihat lemah gemulai, ibarat ombak yang bergulung-gulung, namun didalam kelemahlembutan itu tersimpan kekuatan dahsyat.

Juga Untuk Prestasi
Jet Li, menurut Master Supandi Kusuma tak menampik bahwa ada orang yang belajar wushu karena sebagai olahraga, wushu dipertan­dingkan untuk meraih prestasi. Wajar jika bagi olahragawan atau pewushu, mereka berhharap wushu dipertandingkan di olimpiade.

Namun wushu menurut Jet Li  substansi wushu lebih luas dari sekadar cabang olahraga yang dipertandingkan di olimpiade saja.

“Pertanyaannya, jika wushu atau kungfu atau taiji tidak masuk olimpiade, apakah otomatis martial art yang telah dipelajari di seluruh dunia itu akan hilang? Jawabannya  jelas, tidak,”ujar Jet Lie seperti dikutip dari Supandi Kusuma.
Namun  ia menghargai upaya keras yang telah dilakukan IWUF selama ini agar wushu mendunia dan  bisa dipertandingkan di olimpiade.

Namun demikian Jet Li juga bergharap seluruh pemangku kepen­tingan wushu mau melakukan oto­kritik. Melakukan ‘positioning’ baru untuk lebih memopulerkan lagi wushu. Soalnya dimana-mana orang lebih akrab atau familiar dengan istilah kungfu daripada taiji atau wushu. Di mana-mana kalau orang menyebut Jet Li atau Jacky Chen, orang akan terpikir Kungfu, bukan Wushu.

Media juga lebih sering menulis atau mengatakan Kungfu Bruce Lee, Kungfu Jacky Chen atau  Kungfu Jet Li.

“Mengapa istilah Kungfu bisa begitu populer? Jadi, ada sesuatu yang salah di sana. Kita harus beru­saha untuk berubah agar olahraga bela diri ini makin populer. Kita perlu perubahan,” tandas  Jet Li.

Fungsi ekonomi wushu menurut Jet Li juga belum tergarap maksimal. Menurut data yang ada, di seluruh dunia  orang yang belajar dan ber­latih wushu taiji sekitar 150 juta orang. Sedangkan orang yang belajar Yoga hanya sekitar 100 juta orang. Namun yoga bisa meng­hasilkan nilai ekonomi sekitar US$ 300 juta sedangkan pengaruh ekonomi yang dihasilkan taiji tidak sebesar Yoga.

Padahal seseorang yang meme­lajari taiji akan mendapat kesehatan dan kebahagiaan. Taiji melam­bangkan suatu keseimbangan. Dengan cara dan sistem promosi yang lebih baik ke depan, Jet Li percaya akan lebih banyak lagi orang yang menyukai taiji atau wushu.

Dimuat harian Analisa, Jumat 20 November 2015